Baca Juga
Pola Pembukaan Sekolah di Beberapa Negara saat Wabah Virus Corona |
Bagaimana Pola Pembukaan Sekolah di Beberapa Negara saat Wabah Virus Corona
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim berencana pembukaan sekolah pada Juli kedepan. Meskipun begitu, sekolah yang dibuka cuman di zone hijau dengan prosentase pelajar sejumlah 6 % dari keseluruhan peserta didik nasional.
"Sekarang ini cuman 6 % dari komunitas peserta didik di zone hijau yang bisa bertemu muka," kata Nadiem Makarim dalam pertemuan jurnalis virtual yang diadakan, Senin (15/6).
Peraturan itu diambil sesudah tiga bulan aktivitas belajar mengajarkan di sekolah disetop. Awalnya, bermacam negara dalam dunia mengaplikasikan cara sama untuk menahan penebaran corona.
Mengumpulkan data Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNICEF), sampai 16 Juni 2020 masihlah ada 123 negara atau daerah yang tutup sekolah secara nasional. Indonesia ialah diantaranya.
Mengakibatkan, lebih dari 1 miliar siswa dalam dunia terimbas peraturan itu. Mereka perlu lakukan aktivitas belajar mengajarkan di dalam rumah dengan mekanisme pembelajaran online.
Sebaliknya, pembukaan sekolah masih minim. Per 16 Juni 2020, cuman sekitar 381.020.362 pelajar yang telah jalani aktivitas belajar mengajarkan di sekolah. Jumlah ini sebagai wakil 22,09 % dari keseluruhan 1.725.082.528 siswa dalam dunia.
Mereka yang telah balik ke sekolah juga tidak dapat rasakan situasi yang serupa. Prosedur kesehatan dan rangkaian ketentuan berlaku untuk menahan penyebaran virus corona di sekolah.
Bagaimana gambarannya?
Di China, beberapa sekolah dibuka setahap dan dimulai di 9 propinsi pada April kemarin. Mencuplik catatan World Economic Forum, Menteri Pengajaran China mengharuskan beberapa pelajar untuk memeriksa temperatur badan tiap akan masuk sekolah.
Dalam kasus tertentu, sekolah membuat prosedur sendiri. Misalkan, SD Yangzheng di Kota Hangzhou membuat design topi yang dapat pastikan beberapa pelajarnya jaga jarak keduanya. Topi itu dikasih "sayap" karton sejauh 1 mtr. supaya pelajar tidak sama-sama bersisihan.
"Kami menyarankan beberapa pelajar menggunakan topi sejauh 1 mtr. dan jaga jarak sepanjang itu," jelas Hong Feng, si kepala sekolah, seperti dikutip CNET.
Berlainan dengan ketentuan di Norwegia yang mulai buka sekolah semenjak 27 April kemarin. Awalnya, sekolah dibuka cuman untuk empat tahun awal tingkatan pengajaran. Yaitu untuk mereka yang berumur 6-11 tahun.
Di negara itu, beberapa orangtua pun tidak diminta untuk mengirimi anaknya ke sekolah walau telah membuka. Direktorat Pengajaran dan Training Norwegia meluluskan homeschooling sepanjang orangtua penuhi hak anak akan pengajarannya.
Pelajar yang beresiko, atau yang mempunyai famili dekat yang beresiko terkena corona perlu belajar dalam rumah.
"Dalam kasus ini, pemilik sekolah mempunyai pekerjaan untuk memberi pengajaran ke pelajar di dalam rumah, lepas dari berapa lama pelajar harus ada jauh dari sekolah," tulis Direktorat Pengajaran dan Training Norwegia dalam tutorialnya.
Pembatasan jumlah pelajar diaplikasikan. Ukuran didasari pada rasio guru-murid.
"15 siswa per guru di kelas 1 sampai 4 dan 20 siswa per guru untuk kelas 5 sampai 7," catat tutorial yang serupa.
Sementara di Jepang, pelajar atau staff sekolah dilarang mengobrol di jarak dekat. Mereka perlu buka sirkulasi kelas supaya udara bisa masuk keluar dengan gampang.
Menteri Pengajaran Jepang Koichi Hagiuda semenjak Maret lalu merekomendasikan supaya sekolah memakai checklist berkenaan beberapa langkah menantang infeksi virus yang bakal dialokasikan pemerintahan. Begitu dikutip Japan Times.
Sementara, di Australia, mekanisme belajar shift berlaku. Laporan Reuters menyebutkan beberapa sekolah di New South Wales cuman meluluskan pelajar mendatangi kelas satu hari per minggu. Proses masuk sekolah ini dilaksanakan secara bergiliran.
Beberapa peraturan pembukaan sekolah di beberapa negara itu nampaknya dipungut oleh Nadiem. Dimulai dari limitasi kelas sampai checklist saat sebelum langsungkan evaluasi bertemu muka di satu daerah.
Di Indonesia, berdasar catatan UNICEF, penutupan sekolah sudah berpengaruh pada lebih dari 68 juta siswa. Sejumlah besar pada tingkat SD dalam jumlah seputar 29 juta siswa.
Bila baru 6 % siswa di zone hijau yang baru dibolehkan belajar dalam sekolah, maknanya baru ada empat juta pelajar yang dapat sekolah kembali di Indonesia. Bekasnya, harus belajar dalam rumah.
Menyikapi ini, Ketua Ikatan Guru Indonesia Muhammad Ramli Kandungan menyebutkan keputusan pemerintahan tidak untuk memaksain evaluasi bertemu muka ialah hal yang bagus. Tetapi, kata Ramli, tidak ada jalan keluar untuk mempersiapkan guru supaya sanggup melasanakan evaluasi jarak jauh (PJJ) dengan efisien.
"Tidak ada jadwal khusus bagaimana mempersiapkan guru supaya sanggup jalankan PJJ secara membahagiakan dan berkualitas. Tidak ada beberapa langkah nyata Kemdikbud dan Kemenag dalam memberi jalan keluar pada kurangnya kekuatan guru dalam mengadakan PJJ," tegasnya. Sumber Berita
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)